Jumat, 08 April 2011

Belajar Menterjemahkan

Kuliah oleh Bapak Marsigit

Kamis, 7 April 2011

Segala yang ada dan yang mungkin ada berada dalam ruang dan waktu yang berbeda. Objek berfikir kita yang berada diluar pikiran kita juga berada dalam ruang dan waktu yang berbeda. Begitu pula bumi yang kita tempati, bumi bergerak didalam ruang dan waktu.

Filsafat adalah olah pikir. Berhenti berfikir adalah suatu hal yang berbahaya karena ketika kita berhenti berfikir sebenar-benarnya kita terjebak oleh mitos. Maka kita harus senantiasa berfikir kritis terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dan didalam hidup kita hendaknya menggunakan prinsip hermeneutika, menterjemahkan dan diterjemahkan. Menterjemahkan berarti kita berfikir kritis (mencari ilmu), sedangkan diterjemahkan berarti ikhlas.

Refleksi adalah tingkatan berfikir yang paling tinggi. Misalnya kita melakukan abstraksi untuk menterjemahkan bumi, karena bumi itu bergerak dalam ruang dan waktu. Hasil dari kita mengabstraksikan bumi bisa saja sebuah titik. Dengan satu titik dapat mewakili bumi. Titik merupakan objek berfikir kita (berada diluar). Titik yang berada didalam ruang dan waktu memiliki potensi dan fakta.

Misalnya titik diberikan kesadaran, maka sebuah titik itu bisa memiliki makna. Sebuah titik bisa mewakili segala sesuatu. Titik bisa mewakili gunung, titik bisa mewakili suatu negara, titik bisa mewakili sebuah provinsi, titik bisa mewakili sebuah kota, titik bisa mewakili sebuah toko, titik bisa mewakili sebuah masjid, titik bisa mewakili sebuah sekolah, titik bisa mewakili seorang guru, titik bisa mewakili seorang murid, titik bisa mewakili seorang penjaga sekolah, dan masih banyak hal yang bisa dimaknai oleh sebuah titik.

Untuk memahami dunia titik diberikan abstraksi maka akan berupa fakta atau vitalitasnya. Sebuah titik diberi abstraksi dapat menjadi sebuah lingkaran, titik bisa menjadi sebuah segitiga, titik bisa menjadi persegi, titik bisa menjadi sebuah belah ketupat, titik bisa menjadi sebuah layang-layang, titik bisa menjadi sebuah kubus, titik bisa menjadi sebuah balok, titik bisa menjadi sebuah limas, titik bisa menjadi sebuah kerucut, titik bisa menjadi sebuah bola, titik juga bisa menjadi spiral dan dunia berada didalam spiral.

Untuk menterjemahkan dunia diperlukan analogi. Segala konsep yang telah kita pelajari yang berada dalam pikiran kita hanyalah setengah dari dunia dan setengah yang lainnya adalah fakta. Misalnya konsep kurva normal. Kita dapat menterjemahkan kurva normal dalam kehidupan nyata sebagai gejala alam yang terjadi di masyarakat. Dalam kurva normal ada standard deviasi (penyimpangan), sedangkan dalam kahidupan nyata kita menterjemahkannya sebagai masalah yang ada didalam masyarakat. Didalam kurva normal kita mengenal garis x=o, dalam kekhidupan nyata kita menterjemahkannya sebagai orang yang bahagia hidupnya, tidak menyimpang dari norma dan adat istiadat yang ada. Dalam kurva normal ada tanda keputusan, maka dalam kehidupan nyata ada ruwatan. Menurut orang jawa orang yang bahagia hidupnya adalah orang yang melaksanakan adat-istiadat sebagaimana mestinya dan berperilaku seperti masyarakat pada umumnya, orang yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat pada umumnya perlu diruwat agar bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Diruwat bukan berarti harus melakukan tatacara adat seperti yang dilakukan para leluhur, tetapi lebih kepada memberikan penjelasan.

Balajar filasafat itu memahami penjelasan. Didalam pikiran kita terdapat empat macam kategori, yaitu kuantitatif, kualitatif, kategori dan relasi. Ada dua hal didalam pikiran kita, yaitu logika dan pengalaman. Segala sesuatu yang ada didalam pikiran kita dapat kita abstaksikan menjadi sebuah titik yang bisa menjadi berbagai macam grafik. Penjelasan diatas barulah sebuah contoh bentuk kurva, masih banyak lagi kurva yang dapat kita bentuk dan memiliki berbagai makna. Hasil dari kita menterjemahkan segala sesuatu yang ada didalam pikiran kita ialah konteks.

Seperti yang pada penjelasan diatas bahwa konsep yang kita pelajari hanyalah setengah dari dunia, maka untuk memahami dunia sepenuhnya kita harus menterjemahkan konsep yang telah kita pelajari dalam kehidupan nyata, sehingga kita dapat memperoleh logos. Kalau kita tidak berusaha untuk menterjemahkannya maka kita hanya akan terjebak di dalam mitos belaka. Jarak mitos dan logos sangatlah kecil, jabakan mitos selalu mengancam logos, maka kita harus senantiasa berfikir kritis agar terbebas dari jebakan mitos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar